MUTA’ALLIQAT BIL FI’LI
Maksud Muta’alliqat bil fi’li
Muta’alliqat bil fi’li adalah
Ma’mul-ma’mul yang berhubungan dengan fi’il. Ma'mul adalah suatu kata/kalimat yg huruf akhirnya berubah
menjadi rofa’.nashob, jazm dan jer dengan sebab di pengaruhi oleh amil secara
langsung.
Contoh كان محمّد
قائما
ظنت محمّدا قائما
Seperti yang telah dijelaskan dalam ilmu nahwu
tentang bagaimana merofa’kan, menashobkan, menjazmkan dan memajrurkan. Dalam bahasa
arab rofa’ berarti dhommah, nashob berarti fathah, jazm berarti sukun dan jer berarti mengksrohkan,
Yang terangkum dalam bab i’rob. Merofa’kan (mendhomahkan) dijelaskan bahwa ada 2 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat dhommah, yang pertama beruba jama’ mudzakar saalim, yang kedua berupa asmaaul khamsa. Menashobkan (menfathahkan) ) dijelaskan bahwa, ada 4 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat dhomah. yang pertama kalimat itu berupa isim mufrod, kedua berupa jama’ taksir (hurufnya bisa berkurang bisa bertambah),yang ketiga berupa jama’ muannas saalim, yang terakhir berupa fiil mudhorek(aamilun nashbi).
Menjazmkan (mensukunkan) apabila ada (laa) annafyii atau untuk larangan seperti contoh لا بيرب الخمر Memajrurkan (mengkasrohkan) dijelaskan bahwa ada 3 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat kasroh yang pertama yaitu berupa isim mufrod, yang kedua berupa jama’ taksir, dan yang ketiga berupa jama’ muannas saalim.
Yang terangkum dalam bab i’rob. Merofa’kan (mendhomahkan) dijelaskan bahwa ada 2 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat dhommah, yang pertama beruba jama’ mudzakar saalim, yang kedua berupa asmaaul khamsa. Menashobkan (menfathahkan) ) dijelaskan bahwa, ada 4 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat dhomah. yang pertama kalimat itu berupa isim mufrod, kedua berupa jama’ taksir (hurufnya bisa berkurang bisa bertambah),yang ketiga berupa jama’ muannas saalim, yang terakhir berupa fiil mudhorek(aamilun nashbi).
Menjazmkan (mensukunkan) apabila ada (laa) annafyii atau untuk larangan seperti contoh لا بيرب الخمر Memajrurkan (mengkasrohkan) dijelaskan bahwa ada 3 sebab mengapa dalam kalimat itu bisa berharokat kasroh yang pertama yaitu berupa isim mufrod, yang kedua berupa jama’ taksir, dan yang ketiga berupa jama’ muannas saalim.
· Memposisikan Fi'il Muta'adi sebagai Fi'il Lazim karena tidak adanya
hubungan tujuan dengan Ma'mul.
Contoh :
“apakah sama orang yang
mengetahui dan tidak mengetahui (agama)
Membuang Maf'ul Bih
yaitu : الدين (Agama), lalu pembuangan itu memposisikan
fiilnya sebagai Fi'il
lazim dengan tujuan murni menetapkan fi’il pada fa’ilnya
tanpa memperhatikan keumuman atau kekhususan. Dan dikategorikan
sebagai pembuangan, dengan menyandarkan fi'il pada na'ibul fa'il,
maka dikatakan : Fa'il
dibuang dengan alasan karena takut pada Fa'il (pelaku)
Contoh :
قُتِلَ قَتِيْلٌ = Korban itu telah dibunuh.
atau ada kekhawatiran
buruk pada Fa'il (pelaku) nya,
Contoh :
شُتِمَ الأمِيْرُ = Pemimpin itu telah
dihina.
atau karena sudah mengetahui Fa'il (pelaku)
nya
Contoh :
وَخُلِقَ الإنْسَانُ
ضَعِيْفًا = Manusia itu dicipatakan dalam keadaan
lemah.
atau karena belum
mengetahui Fa'il (pelaku) nya,
Contoh :
سُرِقَ المَتَاعُ = harta itu telah dicuri.
Atau untuk menjaga
sajak
Contoh :
منْ طَابَتْ
سَرِيْرَتُهُ حُمِدَتْ سِيْرَتُهُ = barang siapa yang baik hatinya, maka akan dipuji
perilakunya.
Atau menghormati
pelaku, jika pekerjaannya itu hina,
Contoh :
تَكَلَّمَ بِمَا لاَ
يَلِيْقُ = Ia telah berbicara dengan
kata yang tidak pantas.
*Tidak hanya mengetahui posisi Fi'il Muta'adi sebagai Fi'il Lazim, kita juga
harus mngetahui pengertian fi’il lazim dan fi’il muta’addi itu sendiri.
a) Fi’il
Lazim
Yaitu fi’il yang maknanya tidak
bisa sampai pada maf’ul bih kecuali dengan perantaraan huruf jar seperti: مَرَرْتُ بِزَيْدٍ atau fi’il yang
tidak ada maf’ul bihnya yang bukan karena pembuangan seperti :قام زيد
Fi’il lazim dinamakan juga fi’il qoshir
karena dicukupkan hanya dengan fail.
Fiil –fiil yang ditentukan
kelazimannya:
(1) Fi’il-fi’il
yang menunjukkan arti watak. Seperti; نهم شرف كرم ظرف
(2) Fi’il-fi’il
yang mengikuti wazanاِفْعَلَلَّ .Seperti
: اقشعرّ اطمعأنّ
(3) Fi’il
yang mengikuti wazanاِفْعَنلل .Seperti: اِقْعَنْسَسَ اخرنجم
(4) Fi’il
yang menunjukkan makna bersih atau kotor
Seperti :طهر نظف دنس وسخ
Seperti :طهر نظف دنس وسخ
(5) Fi’il
yang menunjukkan makna sifat yang baru terjadi selain gerakan
Seperti: كسل مرض
Seperti: كسل مرض
(6) Fiil
yang menunjukan warna .Seperti : احمرّ احضرّ
·
Cara memuta’adikan fiil lazim
1.
Dengan menambahkan hamzah qot’i di
awalnya,
sehingga membentuk wazan أَفْعَلَ
خَرَجَ menjadi أَخْرَجَ
sehingga membentuk wazan أَفْعَلَ
خَرَجَ menjadi أَخْرَجَ
2.
Dengan menasdidkan ‘ain fi’ilnya
menjadi فَعَّل
Contoh:
فرح menjadi
فرّح
3.
Dengan perantara
huruf jer
Contoh
:
ذَهَبَ اللهُ بِنُوْرِهِمْ
أعرض عن الرذيلة
b) Fiil
muta’adi
Fi’il muta’adi yaitu: “Fi’il yang
maknanya bisa sampai pada maf’ul bihnya tanpa perantaraan huruf jar”.
Contoh: فتح طارق الاندلس
Fi’il muta’adi juga dinamakan fi’il
waqi’ karena pekerjaannya terjadi pada maf’ul bih, juga dinamakan fi’il
mujawiz, karena pekerjaannya melewati dan sampai pada maf’ul bih.
·
Tanda Fi’il Muta’adi yaitu:
1. Apabila bisa ditemukan
dengan ha’ dlomir yang rujuk pada selain masdarnya fi’il. Contoh: الباب غفلته
Sedangkan Ha’ dlomir yang rujuk pada masdarnya fi’il tidak bisa dijadikan tandanya fi’il muta’adi, karena dengan hal itu bisa ditemukan fi’il muta’adi dan fiil lazim. Seperti :
Sedangkan Ha’ dlomir yang rujuk pada masdarnya fi’il tidak bisa dijadikan tandanya fi’il muta’adi, karena dengan hal itu bisa ditemukan fi’il muta’adi dan fiil lazim. Seperti :
yang
bertemu fi’il lazim contoh: اَلْخُرُوْجُ خَرَجَهُ زَيْدٌ
2. Bisa dicetak isim maf’ul yang tam
seperti مقت فهو ممقوت. Maksudnya tam yaitu
tidak membutuhkan huruf Jar ketika dicetak menjadi isim maf’ul . Jadi apabila
dicetak isim maful akan membutuhkan huruf jar ,maka fiil itu dikategorikan
lazim seperti :
غضبت على زيد فهو مغضوب عليه
·
Keadaan Fi’il Muta’adi
Maf’ul bih akan menashobkan pada
maf’ul bihnya apabila tidak menjadi naibul fa’il.
Contoh : تَدَبَّرْتُ
الْكُتُبَ
Apabila dijadikan naibul fail maka
dibaca rofa’,maka diucapkan: تدبرت
الكُتُبُ
·
Macam-macam fiil muta’adi dilihat
dari maknanya
1. Muta’adi binafsih yaitu sampainya
pekerjaan fail atas maf’ul bih secara langsung atau tanpa perantara huruf jar بريت القلم
2. Muta’adi bighoirih yaitu sampainya
pekerjaan fail atas maf’ul bih dengan perantara huruf jar seperti:
ذهب الله بنورهم
ذهب الله بنورهم
Ijin ser ke kawan
BalasHapusGhoyah dan tafrik nya dong kak ....
BalasHapus